PKKMB DAY 2

 



NAMA : VINETA FIANANG 
PRODI : D4 ANALIS KESEHATAN 
FAKULTAS : FAKULTAS KESEHATAN 

RESUME MATERI MY DIGITAL PORTOFOLIO PKKMB DAY 2

MATERI 1

TEMA : Perguruan Tinggi di Era Digital dan Revolusi Industri 
 
OLEH : Ainun Najib ( Ahli IT Indonesia )

Kelebihan AI 
- Peningkatan Efisiensi: AI dapat membantu mengotomatiskan tugas-tugas administratif, hingga dosen dapat fokus pada kegiatan yang lebih penting.
- Personalisasi Pembelajaran: AI dapat membantu menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal dan efektif bagi mahasiswa. 
- Analisis Data: AI membantu menganalisis data mahasiswa, sehingga kebutuhan dan kemampuan mahasiswa yang lebih baik dapat di pahami oleh dosen. 
- Pengembangan Konten: AI dapat membantu mengembangkan konten pembelajaran yang lebih menarik.

Kekurangan AI 
- Ketergantungan pada Teknologi: membuat mahasiswa kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis dan kreatif.
- Kurangnya Interaksi Manusia: mengurangi interaksi antara mahasiswa dan dosen, hingga mahasiswa kehilangan kesempatan untuk belajar dari pengetahuan dosen.
- Masalah Etika: dapat menimbulkan masalah etika, seperti penggunaan data mahasiswa yang tidak etis atau melakukan kecurangan.
- Keterbatasan Kemampuan: AI masih memiliki keterbatasan kemampuan dalam memahami konteks dan nuansa bahasa, sehingga dapat membuat kesalahan. 

PRINSIP 5A : 
1.ADAB
2.AKSES 
3.AMANAH DATA 
4.AKURASI
5.AKUNTABILITAS

Dalam menghadapi revolusi industri perguruan tinggi perlu mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan AI, untuk Pakai Ai sama dengan menitip kan data ke siapa
Ketahui kelemahan dan Kekuatan Ai dapat berpengaruh bagi Mahasiswa.


MATERI 2

TEMA : Generasi Muda Berintegritas Anti Korupsi 

OLEH : Dr. Nurul Ghufron, S.H., M.H

Korupsi adalah kanker yang menggerogoti sendi-sendi kehidupan bernegara. korupsi merampas hak rakyat, menghambat pembangunan, dan merusak kepercayaan publik. Melawan korupsi bukan hanya tugas aparat penegak hukum atau pemerintah, tapi kolektif seluruh rakyat Indonesia. Generasi muda adalah kunci dan harapan terbesar dalam membangun Indonesia yang bebas korupsi.

Kunci Utama:

1. Integritas: Fondasi utama perang melawan korupsi, meliputi kejujuran, konsistensi, tanggung jawab, keadilan, keberanian, dan kemandirian.
2. Pendidikan dan Kesadaran: Meningkatkan kesadaran tentang bahaya korupsi dan pentingnya integritas melalui pendidikan, diskusi, dan sosialisasi.
3. Pengawasan Partisipatif: Mengawasi lingkungan sekitar, menggunakan hak memilih, dan berpartisipasi dalam forum perencanaan pembangunan.
4. Teknologi untuk Perubahan: Menggunakan teknologi untuk mempromosikan transparansi, partisipasi publik, dan pengaduan.

Undang-Undang yang Berkaitan:
1. UU Tipikor (Tindak Pidana Korupsi): Mengatur tentang tindak pidana korupsi dan sanksi bagi pelakunya.
2. UU Gratifikasi: Mengatur tentang gratifikasi dan kewajiban pelaporan gratifikasi bagi pejabat publik.

Tantangan:
1. Budaya "Kenal Sama" dan "Cepat Selesai": Budaya yang mengutamakan koneksi.
2. Ketidakpastian Masa Depan: Persaingan kerja yang bisa mendorong pemuda mencari jalan mudah.
3. Pengaruh Lingkungan: Lingkungan yang tidak mendukung integritas bisa menjadi penghalang.

Karakter Patriot Bangsa: 
- Kecintaan pada tanah air dan rakyat.
- Kerelaan Pengorbanan tenaga, harta dan jiwa.
- Kesatuan dalam Keragaman Bangsa.
- Saling menghargai dan solidaritas.
- Kesederhanaan.
- kemandirian.


MATERI 3

TEMA : Mahasiswa UNUSA sebagai generasi Aswaja An-Nahdliyah 

OLEH : KH Ma'ruf Khozin - Ketua Aswaja Center, PWNU Jawa Timur

Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) secara inheren diposisikan sebagai penerus tradisi keilmuan serta keagamaan Aswaja An-Nahdliyah, universitas ini didirikan langsung dengan Nahdlatul Ulama (NU) organisasi Islam terbesar di Indonesia yang menjadi rujukan utama paham Aswaja An-Nahdliyah. penjelasan mendalam mengenai peran dan karakteristik mahasiswa UNUSA sebagai generasi Aswaja An-Nahdliyah:

1.⁠ ⁠Landasan Ideologis: Apa Itu Aswaja An-Nahdliyah?
 Aswaja (Ahlusunnah wal Jama'ah): merupakan paham keislaman yang mengikuti generasi terbaik (salafus shalih) dalam beragama, berpegang pada Al-Qur'an, Hadis, Ijma Ulama, dan Qiyas.
 An-Nahdliyah: Merujuk pada corak ke-NU-an yang menekankan keseimbangan (tawazun), moderasi (tawassuth), toleransi (tasamuh), dan kemaslahatan (ishlah).
 > Ciri Khas:
 Berada di tengah (bukan ekstrem kanan maupun kiri).
 Menghormati keberagaman mazhab (terutama Syafi'iyyah dalam fiqih, Asy'ariyyah/Maturidiyyah   dalam akidah, dan Al-Ghazali dalam tasawuf).
 Mengutamakan dampak sosial dari pemahaman agama (fiqih sosial).

2. Peran Mahasiswa UNUSA sebagai Generasi Aswaja An-Nahdliyah

a. Penjaga Tradisi Keilmuan
 Mahasiswa UNUSA dididik untuk memahami dan mengamalkan khasanah keilmuan klasik NU (kitab   kuning) dengan pendekatan kontekstual.
 Contoh: Studi kitab seperti Ta'limul Muta'allim, Fathul Qorib, atau Uqudulujain yang menjadi rujukan   etika dan ibadah dalam tradisi NU.

b. Agen Moderasi Beragama
 Sebagai kader NU, mahasiswa UNUSA diarahkan untuk menjadi pelopor toleransi dan perdamaian:
 Menolak radikalisme dan ekstremisme.
 Membangun dialog antaragama dan budaya.
 Menyebarluaskan Islam yang rahmatan lil 'alamin (kasih sayang untuk semesta).

c. Pejuang Kemaslahatan Sosial
 Aswaja An-Nahdliyah mengutamakan amar ma'ruf nahi munkar melalui pendekatan yang bijak:
 Terlibat dalam pemberdayaan masyarakat (ekonomi, pendidikan, kesehatan).
 Mengadvokasi isu-isu kemanusiaan (lingkungan, kesetaraan gender, anti-korupsi).
 Contoh: Kegiatan Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)   Islam di UNUSA yang fokus pada sosial kemasyarakatan.

d. Inovator dalam Tradisi
 Mahasiswa UNUSA didorong untuk mengadaptasi nilai-nilai Aswaja dalam konteks modern:
 Mengembangkan teknologi dan startup berbasis nilai Islam.
 Menyelesaikan masalah kontemporer (seperti hoaks, radikalisme online) dengan perspektif Aswaja.
 Mempopulerkan budaya lokal (seperti gamelan, wayang) sebagai bagian dari dakwah kebudayaan NU.

3. Implementasi di Kampus UNUSA
 Kurikulum: Mata kuliah wajib seperti Pendidikan Agama Islam, Ke-NU-an, dan Aswaja An-Nahdliyah   yang mengajarkan landasan teologis dan praktis.
 Kegiatan Kemahasiswaan:
 Majelis Taklim: Kajian kitab klasik dan kontemporer.
 Lembaga Semi Otonom (LSO): Seperti PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) atau   IPNU/IPPNU yang mengkader aktivis Aswaja.
 Festival Budaya NU: Mengangkat tradisi seperti shalawatan, hadrah, dan dzikir.
 Kolaborasi dengan NU: Mahasiswa terlibat aktif dalam kegiatan PBNU atau PWNU Jawa Timur,   seperti Muktamar, Harlah NU, atau program sosial.

4. Tantangan bagi Generasi Aswaja An-Nahdliyah
 Globalisasi dan Radikalisme: Menjaga identitas Aswaja di tengah arus pemikiran transnasional yang   ekstrem.
 Disrupsi Digital: Menyebarkan narasi Aswaja yang moderat di ruang maya yang rentan hoaks.
 Relevansi Pemuda: Membuktikan bahwa Aswaja An-Nahdliyah adalah solusi bagi masalah modern,   bukan sekadar warisan masa lalu.

5. Kesimpulan: Mahasiswa UNUSA sebagai "Generasi Harapan"
Mahasiswa UNUSA bukan sekadar penuntut ilmu, melainkan kader peradaban yang dituntut untuk:
 Menginternalisasi nilai-nilai Aswaja An-Nahdliyah dalam kehidupan pribadi.
 Mengimplementasikan prinsip moderat, toleran, dan maslahah dalam bermasyarakat.
 Mengembangkan tradisi intelektual NU untuk menjawab tantangan zaman.
 Dengan demikian, mereka menjadi jembatan antara warisan ulama Nusantara dan masa depan   Indonesia yang berkeadilan, beradab, dan berkepribadian Islam. Seperti dikatakan KH. Hasyim Asy'ari: "NU itu tugasnya nguri-uri (melestarikan) yang shalih dan ngembangke (mengembangkan) yang aswaja." Mahasiswa UNusa adalah garda terdepan dalam misi ini.










Komentar

Postingan populer dari blog ini

D4 Ankes Unusa Studi Banding Internasional dengan Universiti Putra Malaysia

PKKMB DAY 1